top of page

DESI ELA PUTRI ANGGRAINI

KONTRADIKSI L(C)UKA

  • Writer: Desi Ela Putri Anggraini
    Desi Ela Putri Anggraini
  • Jul 13, 2018
  • 1 min read

Updated: Jul 21, 2018

Entah bagaimana cara mengejawantahkan perihal urusan hati pada orang lain. Dimana, dalamnya sumur hati tak ada yang mampu mengukurnya, kecuali Tuhan sebagai pencipta hati itu sendiri.
ilustrasi by google.com

Luka


Awalnya jumpa, lalu timbul luka\

kita sama sadar dan merasa\

tapi diam-diam sepakat untuk tak menyembuhkannya, sebab perih itu begitu kita nikmati\

sebab pelangi hanya akan hadir setelah gerimis usai\

seperti fenomena alam, badai datang lalu pelangi mendamaikan\

tentu ada konsekuensi dari kesemuanya\

yakni kini, kita harus hidup berkawan rindu\

dalam bisu\

dalam keterdiaman\

dalam tepukan-tepukan sebelah tangan\

kita hidup apa adanya, seperti biasa\

dan bersepakat untuk membiarkan luka ini sembuh dengan sendirinya\

bersama waktu dan melenggang tanpa batas\

berhenti menunggu dan terkungkung dalam penantian yang lugu.


Sebait puisi luka yang entah bagaimana pernah menjadi perbincangan hangat disebagian ruang dalam otakku. Puisi yang aku sebut sebagai konsekuensi dari apa yang telah kumulai dan kuakhiri. Pada puisi ini, aku sedang bicara mengenai rindu, luka, dan kecewa, yang entah bagaimana pula selalu saja menjadi ulasan paling menarik bagi orang-orang yang sedang jatuh hati lalu patah dalam linimasa yang bersamaan.

21:28

Colomadu, 12 Juli 2018

3 Comments


Desi Ela Putri Anggraini
Desi Ela Putri Anggraini
Jul 14, 2018

Terima kasih tomatku, sudah berkenan berkunjung.


Like

Desi Ela Putri Anggraini
Desi Ela Putri Anggraini
Jul 14, 2018

Luka itu nomina, sedangkan kecewa adalah adjektiva yang merupakan hasil dari proses "Mencintai". Sehingga luka merupakan entitas dari kecewa itu sendiri.

Kecewa menurutku bukan sebuah konsekuensi. Ia ada memang sebagai komplemen atau pelengkap dari aktivitas "mencintai" itu tadi.


Lain persoalan jika itu terkait dng ekspektasi, yang lekat dengan harapan. Jika kau berekspektasi terhadap sesuatu maka kau pamrih dalam mencintai. Bukan begitu?


Like

Vita Veronita
Vita Veronita
Jul 13, 2018

Kecewa itu konsekuensi dari mawujud rasa. Jadi, mau tak mau ya harus mau menerima itu. Sebenarnya, bukan orang lain yang bikin kecewa, tapi ekspektasi kita yang terlalu jauh.

Sepenangkapanku cinta itu pemaaf (kalau boleh kusinggung sedikit) terlebih pada seseorang yang sudah kita percayai dialah yang mengerti.

Kalaupun pada akhirnya tak bisa bersama, bukan berarti memutus segala bentuk rasa lainnya.

Akibatnya kalau 2 orang saling membenci tidak mungkin jika keduanaya tidak salah, pasti salah, hanya saja keduanya tidak mau mengakui kesalahan.


Like
bottom of page