Surat Terbuka Wujud Rasa Syukurku
- Desi Ela Putri Anggraini
- Jun 2, 2022
- 2 min read

Dalam seni peran pertunjukan, kurasa peranku berawal dari figuran, hingga suatu saat nanti aku berharap Tuhan berikan peran utama. Eh, tapi jika aku berbicara begitu, bukankah aku merendahkan diri sendiri, lupa seni bersyukur yang selama ini sudah di ajarkan. Tentu bukan, bukan itu maksud dan tujuan ku menulis ini.
Yang kutahu, setiap peran tentu memiliki fungsinya masing-masing, termasuk menjadi seorang figuran. Di panggung kecil (yang kusebut keluarga) ini, Tuhan memberiku peran seorang anak dari dua pasang insan luar biasa. Dua manusia yang selalu ku doakan bahagia dan senantiasa mesra hingga tua. Dua insan luar biasa yang menjadi aktor senior favoritku. Jujur jika ditanya siapa aktor idola dunia nyata, tentu dua insan inilah (Ibu dan Bapakku) yang akan kusebut namanya lebih dulu. Maaf jika terlalu bertele-tele, aku tak pandai merangkai kata memang. Namun lewat tulisan ini ku harap pesanku dapat tersampaikan, bukan untuk Tuhan tentunya. Karena, ku tahu Tuhanlah yang paling mengerti bagaimana rasaku hingga detik ini. Berbicara kembali tentang dua insan favorit ku tadi, ingin ku ungkap betapa bahagia dan bangganya aku, dapat menjadi bagian dari panggung kecil mereka.
Tiga belas desember seribu sembilan ratus sembilan puluh lima, senin wage tepatnya dalam hitungan jawa. Saya lahir normal dengan bantuan tangan profesional di masanya. Lahir dengan tangisan cukup keras dan iringan doa bahagia dari sanak keluarga. Di tahun itu pula, aku resmi menjadi yang pertama ikut bagian dari panggung kecil (yang kusebut keluarga ini). Dari dua insan luar biasa ini pula, ku sadari jika setiap peran itu penting, entah bagaimanapun skenario yang diberikan Tuhan. Tidak bermaksud melambungkan jiwa mereka, ini hanya ungkapan sederhana ku untuk para idola. Maaf jika sedikit hiperbola, aku bingung cara mengungkapkan. Jika banyaknya kosa kata mampu melancarkan komunikasi, tentu kosa rasa akan membangun empati dan simpati. Seperti setiap kosa rasa yang ku bawa dan dari aliran deras doa yang ku lantunkan menjadi bagian dari bukti sayangku kepada para idolaku (ibu dan bapakku). Terima kasih Tuhan, Alhamdulilah, Engkau anugerahkan peran ini padaku, pada panggung kecil luar biasa (yang kusebut keluarga).
Kutulis himpunan rasa syukur ini dengan perasaan yang bisa di bilang seperti turbulensi di pesawat, sebuah turbulensi emosional yang tak tau apa nama pastinya. Bu pak, maaf jika selama ini Ela belum mampu menjadi apa yang diinginkan (segala usaha masih terus kulakukan), maaf jika selama ini belum maksimal menjadi aktor yang masih rumpang dan alfa mentransfer setiap pesan untuk diterapkan. Maaf untuk setiap usaha luar biasa yang selalu tercurah untuk anakmu ini yang jauh dari kata berjuang (masih pada tahap sepayah ini tentunya).
Comments